Postingan

mana(ta)han

PSS Sleman Manahan kudanan dan permainan yg gitu-gitu aja, kalahan - vs Borneo dan permainan dimulai di menit 10, satu-dua peluang menghasilkan "yooh!" "walahhh", sisanya berbuah menjadi umpatan dan "eyalah-eyalah" lainnya pandemen mulai geram dengan permainan yg kluthak-kluthik, maju-mundur,  haus akan selebrasi-atau mungkin hanya aku saja peluang gagal dikonfersi gol yg terasa seperti kebobolan, begitu juga dengan penyelamatan-penyelamatan yg seakan menjadi perayaan gol,  namun nyatanya nirgol belaka, "hadeh" sebagai penggemar sepakbola yg buta statistik dan cuma bisa mengartikan baik-buruk permainan dari hasil menang-kalah, atau lebih kurangnya tak peduli siapa saja pemainnya dan bagaimana permainan berjalan, sik penting pss, tur menang (nek iso) ngono wae wis seneng tapi nyatanya,  menyaksikan pss berlaga, terlebih akhir-akhir ini, entah di layar kaca atau di lapangan hijau, adalah sebuah "hiihhhh" yang panjang, adalah mumet yang di

haribu harimu

tak ada yg istimewa pagi ini,  meja makan sepi, seperti biasanya  tak ada ucapan selamat apapun untuk setiap perayaan,  kami tidak terbiasa begitu, atau mungkin aku terlalu malu, payah bekal makan disiapkannya di meja,  obrolan pagi hanya sebatas pamit berangkat kerja,  salim dan  "wa alaikum salam, yo ngati-ati", setiap hari, setiap pagi hari ini harimu,  bagiku setiap hari begitu, namun tidak ada satu yang bisa kuberi, kecuali muka lusuh, dan wajah lelah sore hari, kadang larut yang kau balas dengan, "gorengke sego saiki po engko?" sederhana, tapi cintanya sejati, abadi. py. 22 desember 2023, hari ibu
kawan, aku menganggap penting beberapa hal yang menurutmu remeh dan sepele, karena hanya itu yang aku punya

senyummu iku lho

di suatu perjalanan, semuanya saling kebut sana sini, dunia seakan tergesa tanpa jeda. saling salip-balap di jalan lurus yang panjang.  di suatu perempatan, semuanya saling klakson kanan kiri, depan belakang. bising dan nyaring. semua terburu-buru.  di suatu persimpangan yang sama padat, aku memilih sebuah jalan pintas. sial, karena bertemu buntu di ujungnya.  lalu, di suatu gang buntu tadi, ada satu rumah di antara lelah dan bingung. pemiliknya menawariku mampir. duduk sejenak. rumah yang terlihat asri dan syahdu.  rumah itu adalah senyummu.  senyum yang berkata "monggo pinarak riyin mas"  senyum yang membawaku jatuh ke dalam jeda senyum yang ayem dan ngeyem yem i senyum yang "nyenengke tenan" senyum yang tenang dari segala bising  dan senyum yang menenangkan dari segala kebisingan di senyummu itu, aku berhenti sejenak dari semuanya. menikmati setiap detik jeda. lalu, menyadari kalau senyummu memang benar-benar istirahat yang nyaman. seperti rumah tersembunyi di an

judul e, takon

 satu kurang sepuluh henti sebentar dari hari yang penuh, pekan yang panjang, dan bulan yang padat; berderet satu-satu seperti tanpa jeda,  seminggu lalu, earphone-ku baru(lagi, hahaha). pagi-sore di jalan, dan malam sebelum tidur menemaniku dengan musik-musik acak-pilihan,  malam ini, kumatikan lampu dan lagu dimulai dengan : "kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?" iyo e, kapan yo?

aku dan rumahku

- (b/ad) Sejak bangun dari tidurku yang kesiangan tadi, aku tak banyak kemana-mana. Dapur dan kamar mandi jadi yang paling sering kusambangi setelah kamarku sendiri-tentunya. Baru hari kedua mengikuti tantangan bercerita  dan aku sudah bingung, cerita apa yang akan kutulis kali ini, hahahaha. Siang, setelah shalat dzuhur yang molor itu, aku meminta jawab temanku tentang hal apa yang baiknya aku ceritakan kali ini. Dia menjawab dan aku mulai menyapa papan ketik dengan...  Tentang aku dan rumahku,  Sudah berjalan beberapa tahun sejak kami sekeluarga pindah. Sebelumnya, kami tinggal di sebuah rumah kecil di tengah dusun. Tetangga, teman, warung, masjid, dan kehangatan khas dusun menjadi hal yang sangat dekat dan gampang kutemui sehari-hari, sebelum akhirnya pindah ke sebuah tempat terpencil di pojok selatan dusun yang asri hawanya. Saat pertama kami pindah, terhitung hanya ada satu tetangga di sebelah kiri rumah. Kami berjarak sekitar 200 meter dari kerumunan melewati jalan yang jelek dan