Langit dan Langit-Langit

Gelap langit malam kini dihiasi jutaan rintik air yang jatuh ke bumi, setuju atau tidak, sebut saja hujan. Mungkin hari ini memang berjalan jauh tak seperti rencana awal-juga hasil yang jauh dari seperti apa yang diharapkan. Hujan sepanjang hari seperti mengajak bermain-main, kucing-kucingan. Hujan turun sebentar, belum sempat tekad bangun terkumpul sempurna, sekali lagi hujan turun. cerah lagi-hujan lagi. begitu pula seterusnya.

Mungkin tugas Dewa Hujan hari ini diberi sedikit kebebasan untuk sekedar mengurangi kebosanan pekerjaannya selama ini yang gitu-gitu aja, mungkin terkadang ia mengajak temannya Dewa Angin dan Dewa Petir untuk sekedar iseng nge-prank makhluk bumi di sela tugas masing-masing. Atau mungkin, memang Tuhan sengaja menghadiahiku waktu jeda sejenak, setelah berhari-hari ini seakan tiada henti sibuk dengan urusan yang cukup menguras tenaga dan nutrisi. Belum lagi menguras pikiran.

Jauh dari dunia di atas sana, ada remaja tanggung di bawah sini yang seharian ini menghabiskan waktu di kamarnya, paling-paling keluar cuma makan sama mandi. Di bawah genting asbes dan di kelilingi dinding yang belum siap huni, menghabiskan sisa hari ini dengan membaca novel ditemani tembang-tembang favorit. 

Cerita novelnya sangat menarik, setiap halaman yang tertutup memuculkan rasa penasaran yang akhirnya memaksa untuk melahap setiap rai dan halaman. Bahkan untuk 2 hari ini saja, sekitar 200 halaman sukses kuhabisi. Di samping karena ceritanya yang menarik, ternyata, seharian tidur tidak cukup membantu melepas gabut yang menempel sejak bangun tidur tadi. WA sepi, hujan, motor tak ada. Membaca terpilih jadi salah satu cara terbaik melepas gabut hari ini.

Novel tamat, aku teringat. Sudah hampir dua pekan aku tidak bertukar kabar atau minimal saling bertanya tugas dengan perempuan yang kutemui tidak sengaja beberapa bulan lalu. Karena sadar kalau hanya berharap dan rutin memantau di story whatsapp tidak mungkin akan membuat pesannya muncul di kolom chat. Jadi aku tak pernah terlupa, do'a di sehabis tahiyat, walau hanya sederhana, berharap dirinya sehat. 

Tapi kan, tidak ada yang tahu, Tuhan kan Maha Asyik, bisa jadi Dia mengabulkan do'a-do'aku lebih dari apa yang aku ucapkan, juga berharap Tuhan kasihan mendengar keluhku semalam. Mungkin juga Tuhan kan Maha Menengar, jadi tak hanya yang kuucap saja, tapi Tuhan juga mengabulkan do'a tersirat yang selalu kuharap.


Langit dan Langit-Langit

Jauh di kotanya sana, dan di keadaan yang berbeda juga. Mungkin Dewa Hujan sedang berkunjung juga, tau mungkin cuma mampir. aku tak tahu, aku cuma maba yang kuliah saja masih malas-malasan. Bukan petugas BMKG, bukan juga kenalan Dewa Hujan, cuma orang biasa, tapi kadang luar biasa, suer. 

Untuk menjadi luar biasa tak terlalu membutuhkan banyak tenaga dan kekuatan. cukup dengan jurus mengklaim diri sendiri saja cukup. Entah mau percaya atau tidak tapi aku bisa jadi sesuatu yang berbeda dari aku biasanya. Seperti saat ini, tak hanya menjadi orang biasa, aku sedang mencoba menjadi cenayang. Boleh kupastikan, di jam sekarang ini, dirinya mesti sedang menatap langit-langit, beda denganku yang walaupun di kamar tapi aku bisa menatap langit, iya langit, langit beneran, bukan langit-langit.

Di bawah langit yang sama, dengan menatap sebagian langit, kulangitkan do'a ku malam ini untukmu yang sedang menatap langit-langit. Berharap setinggi langit, semoga Dewa Do'a mengantar dengan tepat kumpulan berkas do'aku malam ini. 

Pesan kepada langit malam ini : Jangan gelap-gelap yah, nanti Dewa Do'a tersesat. 



Postingan populer dari blog ini

haribu harimu

mana(ta)han

judul e, takon